Kamis, 28 Maret 2013

Laporan Lab Kimia Menentukan Konsentrasi HCl dengan Titrasi


LAPORAN LAB KIMIA


Menentukan Konsentrasi HCl dengan Titrasi

      Nama Kelompok:

·       Anisa Wijayanti
·       Corry Priscilliana
·       Christianty
·       Putri Ayu Mawarni
·       Santi Rahayu
·       Wida Widiyawati




XI IPA 4
SMA Negeri 4 Depok



I.                   Tujuan:
Menentukan konsentrasi HCL dengan titrasi

II.               Alat dan Bahan:

·        Buret 1 buah = 50 ml
·        Gelas beker 1 buah = 20 ml
·        Gelas ukur 1 buah = 50 ml
·        Pipet tetes 1 buah
·        Corong kaca 1 buah
·        NaOH = 20 ml (2x)
·        HCl = 50 ml
·        Metil = 10 tetes (2x)
·        Statim
·        Klem penjepit
·        Labu Erlenmeyer
·        Corong Kaca


III.            Dasar Teori

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.



IV.         Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
1.   Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.   Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.


V.          Cara Kerja:
1.   Siapkan alat dan bahan
2.   Siapkan larutan NaOH sebanyak 20 ml di dalam gelas beker
3.   Siapkan larutan HCl sebanyak 50 ml di dalam gelas ukur
4.   Masukkan larutan HCl ke dalam buret menggunakan corong kaca
5.   Tetesi metal sebanyak 10 tetes kedalam larutan NaOH dan goyangkan/goncangkan hingga berwarna kuning merata
6.   Setelah itu mulailah menetesi larutan HCl ke dalam larutan NaOH secara perlahan, tetes demi tetes dengan mengecilkan statif.
7.   Selama NaOH ditetesi cairan HCl goncangkan gelas beker tersebut perlahan dan terus menerus sehingga mengeluarkan perubahan warna yaitu merah muda.
8.   Amatilah hasil yang sudah didapatkan



VI.         Hasil Pengamatan

   


  
Percobaan 1 – 2 = 21,9 ml - 41,8 ml = 19,8 ml

Jadi percobaan 1 dan 2
                              (1) + (2) = 21,9 + 19,8
                                             = 41,8 : 2
                                             = 20,9 ml

V1  x  M1  =   V2   x   M2
50 x 0,1 = 20,9 x M2
    M2     =  50 X 0,1 : 20,9
               =  0,24
               =  0,2 M




VII.       Kesimpulan

Konsentrasi H mengalahkan konsentrasi H
Derajat pH kecil maka semakin kuat asamnya
Derajat pH besar maka asamnya akan semakin lemah
[H ] naik pH sama dengan turun
[OH ] naik pH sama dengan naik
Konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan dari proses titrasi dengan mereakasikan HCL (titrat) dengan NaOH (zat penitrat).
Titrasi dihentikan ketika warnanya berubah menjadi merah muda dengan bantuan PP.
Volume zat NaOH digunakan untuk menentukan konsentrasi HCl.

0 komentar:

Posting Komentar

 

hello welcome to my blog☺ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template