Menentukan
Konsentrasi HCl dengan Titrasi
Nama
Kelompok:
· Anisa
Wijayanti
· Corry
Priscilliana
· Christianty
· Putri
Ayu Mawarni
· Santi
Rahayu
· Wida
Widiyawati
XI IPA
4
SMA
Negeri 4 Depok
I.
Tujuan:
Menentukan
konsentrasi HCL dengan titrasi
II.
Alat
dan Bahan:
·
Buret
1 buah = 50 ml
·
Gelas
beker 1 buah = 20 ml
·
Gelas
ukur 1 buah = 50 ml
·
Pipet
tetes 1 buah
·
Corong
kaca 1 buah
·
NaOH
= 20 ml (2x)
·
HCl
= 50 ml
·
Metil
= 10 tetes (2x)
·
Statim
·
Klem
penjepit
·
Labu
Erlenmeyer
·
Corong
Kaca
III.
Dasar
Teori
Titrasi merupakan
metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi
dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan
peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa
volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari
reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti:
aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t)
molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara
sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan
standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi.
Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah
zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran
berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat
trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir
ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat
kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi
menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering
digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat,
istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu
dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur
volum gas.Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi
(larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan
peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan
untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai,
yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada
saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai
dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi
asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan
hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH
fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi
lainnya.
Banyak
metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi;
titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa
sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai
contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi
merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh
lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah
dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak
semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang
kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh,
titrasi redoks menggunakan potasium
permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator.
Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai
titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik
ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama
(akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat
adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi
warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai
titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah
perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan
antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam
titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar
kesalahannya tidak dapat ditentukan.
IV.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan
titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor
perubahan pH selama titrasi dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan
volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.
Memakai
indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena
kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis,
walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan
warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.
V.
Cara Kerja:
1.
Siapkan
alat dan bahan
2.
Siapkan
larutan NaOH sebanyak 20 ml di dalam gelas beker
3.
Siapkan
larutan HCl sebanyak 50 ml di dalam gelas ukur
4.
Masukkan
larutan HCl ke dalam buret menggunakan corong kaca
5.
Tetesi
metal sebanyak 10 tetes kedalam larutan NaOH dan goyangkan/goncangkan hingga
berwarna kuning merata
6.
Setelah
itu mulailah menetesi larutan HCl ke dalam larutan NaOH secara perlahan, tetes
demi tetes dengan mengecilkan statif.
7.
Selama
NaOH ditetesi cairan HCl goncangkan gelas beker tersebut perlahan dan terus
menerus sehingga mengeluarkan perubahan warna yaitu merah muda.
8.
Amatilah
hasil yang sudah didapatkan
VI.
Hasil Pengamatan
Percobaan
1 – 2 = 21,9 ml - 41,8 ml = 19,8 ml
Jadi percobaan 1 dan 2
(1) + (2) = 21,9 + 19,8
= 41,8 : 2
= 20,9 ml
V1 x M1 = V2 x M2
M2 = 50 X 0,1 : 20,9
= 0,24
= 0,2 M
VII.
Kesimpulan
Konsentrasi H mengalahkan
konsentrasi H
Derajat pH kecil maka semakin kuat
asamnya
Derajat pH besar maka asamnya akan semakin
lemah
[H ] naik pH sama dengan turun
[OH ] naik pH sama dengan naik
Konsentrasi HCl (asam) dapat
ditentukan dari proses titrasi dengan mereakasikan HCL (titrat) dengan NaOH
(zat penitrat).
Titrasi dihentikan ketika warnanya
berubah menjadi merah muda dengan bantuan PP.
Volume zat NaOH digunakan untuk
menentukan konsentrasi HCl.
0 komentar:
Posting Komentar