Kamis, 28 Maret 2013

Laporan Praktikum Pembuatan Roket Air

1 komentar

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA



Pembuatan dan Peluncuran Roket Air

Nama Kelompok:

§  Corry Priscilliana
§  Putri Ayu Mawarni
§  Sonya Oktara Sabilla
§  Trinanda Aditya
§  Wida Widiyawati


XI IPA 4
SMA Negeri 4 Depok



LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN ROKET AIR


A.          Tujuan
Membandingkan pengaruh volume air dalam badan roket terhadap jarak tempuh roket dengan benar

B.           Landasan Teori
Roket air merupakan suatu permainan yang menggunakan prinsip tekanan udara. Jika dimanfaatkan pada tekanan tertentu udara mempunyai energi untuk mendorong sesuatu. Udara yang dimanfaatkan pada roket air akan mendorong air keluar, karena lubang untuk keluarnya air yang terdorong oleh udara kecil maka mempunyai kecepatan dan energi yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan rumus debit air.
Air yang terdorong keluar akan mendorong udara bebas sehingga roket bisa meluncur. Komposisi air dan udara juga mempunyai perbandingan tertentu agar menghasilkan dorongan yang maksimal. Karena besarnya tekanan udara yang dimanfaatkan harus sesuai dengan air yang diisi, sehingga pada akhirnya udara yang dimanfaatkan cukup untuk mendorong air yang diisikan ke dalam badan roket.
Prinsip dasar roket merupakan implemantasi dari perubahan momentum serta Hukum III Newton mengenai aksi-reaksi. Dalam dunia pendidikan, berbagai percobaan bisa dilakukan untuk memahamkan kepada peserta didik mengenai prinsip dasar roket mulai dari percobaan yang sederhana menggunakan botol-botol bekas minuman soda.

Bagaimana roket air bisa meluncur?
1. tekan yang ditambahkan menggunakan pompa akan menciptakan gelembung-gelembung yang mengambang diatas air dan kemudian menekan volume udara di bagian atas botol.
2.   Botol dilepaskan dari pompa.
3.   Air didorong keluar nossel oleh udara terkompresi.
4.   Botol bergerak menjauh dari air karena mengikuti hukum Newton III

C.           Alat dan Bahan
-      Dua botol sprite
-      1 karet kaki kursi diameter 1,5 cm
-      1 dop ban sepeda motor
-      Karton
-      Isolasi besar (putih dan hitam)
-      Pisau / cutter
-      Pompa sepeda
-      Air
-      Impra board
-      Plastisin
-      Klem besi
-      Kabel tis
-      Selang 1 meter
-      Pipa paralon ¼ m dan ½ m

D.          Cara Meluncurkan Roket Air
1.   Roket diisi air, kemudian dipompa sampai terlepas dan terbang

E.           Cara pembuatan

ü  Roket:
-      Potong kertas karton dengan bentuk sayap  dengan jumlah 4 buah
-      Memotong kedua botol aqua bagian bawah ± ¼ bagian dari botol.
-      Menghubungkan dua potongan botol tersebut dengan lem besi, kemudian ditutup dengan lakban.
-      Menempelkan sayap pada badan roket bagian bawah dengan lakban.
-      Melubangi tutup botol bagian atas untuk memasang pemberat

ü   Peluncur
v  Memotong pipa PVC dengan ukuran sebagai berikut:
Ø  34,5 cm sebanyak 1 buah
Ø  30 cm sebanyak 1 buah
Ø  28 cm sebanyak 1 buah
Ø  5 cm sebanyak 2 buah
Ø  12 cm sebanyak 2 buah
Ø  21 cm sebanyak 2 buah
Ø  9,5 cm sebanyak 4 buah

v  Memotong TEE PVC secara tegak lurus, kemudian merekatkannya pada pipa PVC dengan menggunakan lem pipa.
v  Menyusun pipa utama peluncur yang terdiri dari Stop kran ,pipa PVC yangdipotong dengan ukuran 30 cm dan 34,5 cm ,sebuah tutup pipa PVC, dan lakbansecukupnya
v  Memasang Stop kran pada pipa PVC kemudian lem dengan Lem Pipa.
v  Membuat lubang pada permukaan atas tutup pipa dengan ukuran diameter pentil sepeda .Memberi lem besi pada sambungan pentil sepeda, lalu memasukkannya pada tutup pipa PVC sampai pentil bertemu dengan permukaan tutup pipa PVC.Memberikan lem besi lagi pada bagian pentil  yang keluar dari permukaan tutup pipa PVC,  lalu kencangkan dengan mur sehingga pentil melekat kuat pada tutup pipa.
v  Setelah semua siap sambungkan semua alat peluncur dari bawah ke atas dengan urutan tutup pipa yang telah dipasangi pentil – pipa PVC 34,5 cm – stop kran dan pipa PVC 30 cm. Untuk bagian sambungan pipa beri lem secara merata pada kedua ujung pipa, dan tutup pipa yang telah dipasangi pentil sepeda.
v  Mengabungkan seluruh susunan utuh alat peluncur roket(pipa PVC,KNEE PVC,TEE PVC). Dengan hasil akhir dari bagian-bagian tersebut berbentuk segiempat panjang dengan pipa utama dapat digerakan.
v  Alat peluncur siap digunakan.

F.           Pembahasan

Peluncuran roket air, terjadi hubungan antara komposisi air dan udara dalam hal peluncuran roket ke udara. Dimana semakin besar tekanan yang diberikan maka semakin rendah jarak tempuh roket di udara. Misalnya saja saat badan roket diisi 2/3 air jarak tempuhnya hanya 25 m dan tekanan yang diberikan sebesar 45. Sedangkan jarak yang terjauh ditunjukkan pada roket saat diisi ½ badan roket dengan jarak sejauh 37 m dan tekanan yang diberikan 40.
Pada saat peluncuran roket, biasanya ada beberapa kendala yang dihadapi seperti sesuai tidaknya bentuk dop dengan ujung botol sprite, tekanan yang diberikan, serta tingkat keringanan badan roket. Kelompok kami, mengalami kendala pada dop yang kurang sesuai dengan ujung botol sprite. Jadi, ada beberapa kali percobaan yang gagal dalam peluncuran roket.  Dalam hal pemberian tekanan, sebaiknya diperhatikan dengan memberikan tekanan secara  perlahan dan sedikit demi sedikit. 
Roket air sebagai salah satu alat peraga yang bisa untuk bermain, adalah alat yang menggunakan prinsip kerja tekanan udara dan menerapkan Hukum Newton III. Pada saat udara dalam botol dimampatkan maka akan memmpunyai energi untuk mendorong katup yang dijadikan sebagai penyumbat dan air yang keluar akan mendorong udara diluar roket bisa meluncur. Selain itu juga menggunakan prinsip turbulensi untuk mengatur jauh dekat jarak luncur.

G.          Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Karet dan dop yang digunakan untuk menyumbat bagian bawah roket mempengaruhi tinggi rendahnya luncuran roket.
2.      Banyaknya air pengisi roket mempengaruhi ketinggian luncuran roket, untuk roket yang diisi air ± ¼ badan roket, ± ⅓ badan roket, ± ½ badan roket, berangsur-angsur menglami kenaikan tinggi luncuran
3.      Pada saat air yang diisi sebanyak ± ½ badan roket, roket meluncur paling tinggi karena tekanan air dan udara dalam roket seimbang.
4.      Pada saat roket diisi air ± ¾ badan roket, tinggi luncuran roket mengalami penurunan drastis, karena tekanan air dan udara tidak seimbang, air di dalam roket lebih banyak dari udara.


Laporan Lab Kimia Menentukan Konsentrasi HCl dengan Titrasi

0 komentar

LAPORAN LAB KIMIA


Menentukan Konsentrasi HCl dengan Titrasi

      Nama Kelompok:

·       Anisa Wijayanti
·       Corry Priscilliana
·       Christianty
·       Putri Ayu Mawarni
·       Santi Rahayu
·       Wida Widiyawati




XI IPA 4
SMA Negeri 4 Depok



I.                   Tujuan:
Menentukan konsentrasi HCL dengan titrasi

II.               Alat dan Bahan:

·        Buret 1 buah = 50 ml
·        Gelas beker 1 buah = 20 ml
·        Gelas ukur 1 buah = 50 ml
·        Pipet tetes 1 buah
·        Corong kaca 1 buah
·        NaOH = 20 ml (2x)
·        HCl = 50 ml
·        Metil = 10 tetes (2x)
·        Statim
·        Klem penjepit
·        Labu Erlenmeyer
·        Corong Kaca


III.            Dasar Teori

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.



IV.         Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
1.   Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2.   Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.


V.          Cara Kerja:
1.   Siapkan alat dan bahan
2.   Siapkan larutan NaOH sebanyak 20 ml di dalam gelas beker
3.   Siapkan larutan HCl sebanyak 50 ml di dalam gelas ukur
4.   Masukkan larutan HCl ke dalam buret menggunakan corong kaca
5.   Tetesi metal sebanyak 10 tetes kedalam larutan NaOH dan goyangkan/goncangkan hingga berwarna kuning merata
6.   Setelah itu mulailah menetesi larutan HCl ke dalam larutan NaOH secara perlahan, tetes demi tetes dengan mengecilkan statif.
7.   Selama NaOH ditetesi cairan HCl goncangkan gelas beker tersebut perlahan dan terus menerus sehingga mengeluarkan perubahan warna yaitu merah muda.
8.   Amatilah hasil yang sudah didapatkan



VI.         Hasil Pengamatan

   


  
Percobaan 1 – 2 = 21,9 ml - 41,8 ml = 19,8 ml

Jadi percobaan 1 dan 2
                              (1) + (2) = 21,9 + 19,8
                                             = 41,8 : 2
                                             = 20,9 ml

V1  x  M1  =   V2   x   M2
50 x 0,1 = 20,9 x M2
    M2     =  50 X 0,1 : 20,9
               =  0,24
               =  0,2 M




VII.       Kesimpulan

Konsentrasi H mengalahkan konsentrasi H
Derajat pH kecil maka semakin kuat asamnya
Derajat pH besar maka asamnya akan semakin lemah
[H ] naik pH sama dengan turun
[OH ] naik pH sama dengan naik
Konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan dari proses titrasi dengan mereakasikan HCL (titrat) dengan NaOH (zat penitrat).
Titrasi dihentikan ketika warnanya berubah menjadi merah muda dengan bantuan PP.
Volume zat NaOH digunakan untuk menentukan konsentrasi HCl.

 

hello welcome to my blog☺ Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template